TAFSIR ATH-THABARI
oleh : Hasnan Adip Avivi
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Al-Qur’an
sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia memiliki karakteristik yang
terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran
al-Qur’an sebagi respon umat Islam dalam upaya memahaminya. Pemahaman atasnya
tidak pernah berhenti, tetapi terus berkembang secara dinamis mengikuti
pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang menyebabkan munculnya beragam
madzhab dan corak dalam penafsiran al-Qur’an.
Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para
ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw.
Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka
masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat
perspektif keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian,
kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi
tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi
sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang
bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam
dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam
pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun
intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat,
yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di
antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini
huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf
alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius,
karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu
secara memuaskan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Biografi Pengarang Kitab Ath-Thabari.
2. Tentang
Kitab Ath-Thabari.
3. Contoh Penafsiran Dalam Kitab Ath-Thabari.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Kitab Ath-Thabari
B. PEMBAHASAN
2.1 BIOGRAFI PENGRANG TAFSIR ATH-THABARI
Nama lengkap Ath-Thabari adalah Muhammad bin
Jabir bin Kholid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari, Lahir di Amil Thabaristan
yang terletak di pantai selatan laut Thabaritsan pada tahun 225 H/839 M dan
meninggal di Baghdad pada tahun 310 H/923 M. Beliau seorang ulamayang sulit dicari bandinganya,
banyak meriwayatkan hadits, luas pengetahuanya dalam bidang penukilan,
penarjihan riwayat-riwayat, sejarah tokoh masa lalu.[1]
· Guru-guru beliau
1. Muhammad bin Abdul Malik bin Abi
Asy-Syawarib
2. Ismail Bin
Musa As-Sanadi
3. Muhammad bin
Abi Ma'syar
4. Muhammad bin Hamid
Ar-Razi
5. Abu Kuraib Muhammad Ibnul A'la
6. Muhammad bin Al-Mutsanna, dan selain
mereka
· Murid-murid beliau
1. Abu Syuaib bin Abdillah bin Al-Hasan
bin Al-Harani.
2. Abul Qasim Ath-Thabrani
3. Ahmad bin
Kamil Al-Qadhi
4. Abu Bakar Asy-Syafi'i
6. Mukhallad bin
Ja'far Al-Baqrahi
7. Abu Mammad Ibnu Zaid Al-Qadhi
8. Ahmad bin Al-Qasim Al-Khasysyab
9. Abu Amr Muhammad bin
Ahmad bin Hamdan
· Karya-Karyanya
1. Jami’
Al-Bayan fi TafsirAl-Qur’an
2. Tarikh
al-Umam Wa al-Muluk
3. Ikhtilaf
Ulama Al-Amshar Fil Ahkam Syarai Al-Islam, (Ikhtilaf Al-Fuqaha)
4. Lathif
Al-Qaul Fi Ahkam Syar'i Al-Islam, fiqih Ibnu Jarir
5. Basith
Al-Qaul Fi Ahkam Al-Islam
6. Adab
Al-Qudhah, dan selainya masih sangat banyak
7. Tarikh
Ar-Rijal
8. Tahdib
Al-Atsar[2]
2.2 TENTANG
TAFSIR ATH-THABARI
Kitabnya
tentang tafsir, Jami’ Al-Bayan fi TafsirAl-Qur’an, merupakan tafsir yang
paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’sur.
Ibnu Jarir memapaarkan tafsri dengan
menyandarkanya kepada sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. ia juga
mengemukakan berbagai pendapat dan menarjihnya sebagian atas yang lain, Para
ulama berkompenten sependapat bahwa belum pernah disusun sebuah kitab tafsir
pun yang menyamainya. Nawawi dalam Tahzid-nya mengemukakan, Kitab Ibn Jarir
dalam bidang tafsiradalah sebuah kitab yang belum seorangpun pernah menyusun
kitab yang menyamainya. Ibn jarir mempunyai keistimewaan tersendiri berupa
istinbat yang unggul dan pemberian isyarat terhadap kata-kata yang samar
I’rab-nya. Dengan itulah, antara lain, tafsir tersebut berda di atas
tafsir-tafsir yang lain. Sehinga Ibn Katsir banyak menukil darinya. Adapun Sumber
Penafsiran kitab tefsir tersebut yaitu.
Ø Al-Qur’an
Ø Hadis Nabi saw
Ø Qaul Sahabat
Ø Qaul Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in
Ø Isra’iliyat[3]
Kitab tafsir Jami’ Al Bayan atau dikenal dengan
nama tafsir Al-Thabari ini merupakan tafsir yang boleh dikatakan tafsir
terlengkap di antara tafsir-tafsir yang lain hingga saat ini. Hal ini dapat
kita pahami dari lengkapnya unsur-unsur yang digunakan dalam penafsiran dengan
menyebutkan riwayat dan sanad yang begitu lengkap. Secara garis besar,
penafsiran tafsir Ath-Thabari yaitu:
Ø Tafsir
ath-Thabari termasuk tafsir bi al-ma’tsur.
Ø Mufasir dalam
hal ini menafsirkan ayat Al-Quran dengan jelas dan bersandar pada sabda
Rasulullah, sahabat dan juga tabi’in disertai sanadnya.
Ø Jika dalam ayat
tersebut ada dua pendapat atau lebih, disebutkan satu persatu dengan dalil dan
riwayat dari sahabat ataupun tabi’in yang mendukung dari tiap-tiap pendapat
kemudian memilih diantara pendapat tersebut yang lebih kuat dari segi dalilnya
Ø Beliau juga
menyebutkan segi-segi ir’ab-nya, dan menjelaskan kata-kata sekaligus
maknanya (tahlili).
Ø Mengali
hokum-hukun syari’at jika ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum.
Ø Mufasir juga
menjabarkan tentang nasikh wa mansukh.
Ø Menulis
kisah-kisah berita-berita, kejadian hari kiamat dan yang lainya. Dan
kisah-kisah israliyiat.[4]
Kelengkapan yang dimiliki inilah yang menjadi
ciri utama tafsir Al-Thabari. Adapun corak penafsiran yang merupakan ciri
khusus tafsir Al-Thabari ini yang mungkin berbeda dengan tafsir lainnya adalah
memadukan dua sisi yaitu bi al- ma’tsur dan bi al- ra’yi. Bagi orang-orang yang
belum mengkaji secara mendalam.
2.3 CONTOH PENAFSIRAN DALAM KITAB ATH-THABARI
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ (الانعم: اية 152)
‘’Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik
sehinga sampai dia dewasa’’
القول
في تأويل قوله : { ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن حتى يبلغ أشده }
’Beliau berkata di dalam Tafsirnya (Ath-Thabari), tentang firman Allah
yang berbunyi : Dan janganlah
Kamu sekalian mendekati harta anak Yatim
kecuali dengan perbuatan yang baik’
’
قال
أبو جعفر: يعني جل ثناؤه بقوله:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، ولا
تقربوا ماله إلا بما فيه صلاحه وتثميره
‘’Abu
jakfar berkata : Abu Jakfar mengharapkan dari firman Allah :( Dan
janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak
Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik ), dan janganlah kamu sekalian
mendekati karta tersebut kecuali ada kemanfaatan dan kemaslahatan’’
- حدثني المثنى قال، حدثنا الحماني قال، حدثنا شريك، عن
ليث، عن مجاهد:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، قال: التجارة فيه.
‘’Telah
menceritakan kepadaku musana, Dia Berkata, Hamani Bercerita Kepadaku, Dia
Berkata, Syarik Berkata Kepadaku, Dari Mujahid : (Dan janganlah
Kamu sekalian mendekati harta anak Yatim
kecuali dengan perbuatan yang baik), Ath-Thabari menafsirkan, Berdagang
Dengan Harta Tersebut’’
- حدثني محمد بن الحسين قال، حدثنا أحمد بن المفضل قال،
حدثنا أسباط، عن السدي:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، فليثمر ماله .
‘’Telah
Bercerita Kepadaku Muhammad Bin Hassan, Dia Berkata, Menceritakan Ahmmad Bin
Mufdol, Dia Berkata, Berkata Asbad, Dari Sudda, ( (Dan janganlah
Kamu sekalian mendekati harta anak Yatim
kecuali dengan perbuatan yang baik),Mengembngkan Harta Tersebut’’
- حدثني الحارث قال، حدثنا عبد العزيز قال، حدثنا فضيل بن
مرزوق العنزي، عن سليط بن بلال، عن الضحاك بن مزاحم في قوله:(ولا تقربوا مال
اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، قال: يبتغي له فيه، ولا يأخذ من ربحه شيئا .
Telah Berkata Kepadaku Haris, Dia Berkata,
Menceritakan Abdul Aziz, Dia Berkata, Fudail Bin Marzuq Al-anazi Dari Sulid Bin Bilal, Dari dohak Bin Mazahim,
Didalam Firmanya Allah ; ( (Dan
janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak
Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik). Ath-Thabari
menafsirkan didalam kitabnya Boleh saja Mengunakan harta tersebut, Dan tidak
Mengambil keuntungan sepeserpun.[5]
2.4 KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TAFSIR ATH-THABARI
·
Kelebihan
1.Tafsir
Al-Thabari mengandung banyak cabang ilmu yang menunjang kelengkapan dan
kesempurnaannya, seperti ilmu Bahasa, Nahwu, Riwayat, qira’at dan sebagainya.
2.Dengan
kandungan yang begitu lengkap dapat berperan penting bagi pengkajinya dalam
menambah wawasan.
3.Disebutkannya
berbagai pendapat atau atsar yang mutawatir, baik yang bersumber dari Nabi,
para sahabat, tabi’in, tabi’ at tabi’in, serta para ulama sebelumnya menujukkan
kehati-hatiannya dalam menafsirkan, sehingga mengecilkan kemungkinan ia
berpendapat yang salah.
4.Kelengkapan dan
kesempurnaan penjelasan menyebabkan orang yang mengkajinya dapat memahami
tafsirnya dengan baik.
·
Kekurangan
1.Karena
banyaknya riwayat yang dimuatnya, ia pun mengomentarinya, namun terkadang ada
juga riwayat yang tidak dikomentarinya, sehingga dibutuhkan lagi penelitian
lebih lanjut pada riwayat yang tidak dikomentarinya tersebut.
2.Pada umumnya ia
tidak menyertakan penilaian shahih atau dho’if terhadap sanad-sanadnya.
3.Kelengkapan
penjelasan yang disajikan menyebabkan dalam mengkaji dan mendalami tafsirnya
membutuhkan waktu yang sangat lama, serta membutukan kesabaran.[6]
C. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nama lengkap Ath-Thabari adalah Muhammad bin
Jabir bin Kholid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari.
Kitabnya tentang tafsir, Jami’ Al-Bayan fi
TafsirAl-Qur’an, merupakan tafsir yang paling besar dan utama serta menjadi
rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’sur
Kitab tafsir Jami’ Al Bayan atau dikenal dengan
nama tafsir Al-Thabari ini merupakan tafsir yang boleh dikatakan tafsir
terlengkap di antara tafsir-tafsir yang lain hingga saat ini. Hal ini dapat
kita pahami dari lengkapnya unsur-unsur yang digunakan dalam penafsiran dengan
menyebutkan riwayat dan sanad yang begitu lengkap
3.2 Daftar Pustaka
Abidu
Yunus Hasan, Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufassir, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007
Al- Qaththan Manna Khalal, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta:
Litera Antar Nusa, hal. 506
Al-Qaththan,
Manna, pengantar studi ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur, pustaka Al-kautsar, hal.
478
Al- Qaththan Manna Khalal, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta:
Litera Antar Nusa, hal. 507
Ghufron Muhammad, Ulumul Qur’an praktis dan mudah, Penerbit
Teras, Yogjakarta, 2003. Hal. 201
Maktabah syamilah 3.15
[1] Manna Khalal al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta:
Litera Antar Nusa, hal. 506
[2] Manna
Al-Qaththan, pengantar studi ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur, pustaka Al-kautsar,
hal. 478
[3]
Manna Khalil al- Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar
Nusa, hal. 507
[4] Muhammad Ghufron, Ulumul Qur’an praktis dan mudah, Penerbit
Teras, Yogjakarta, 2003. Hal. 201
[5] maktabah syamilah 3.15
[6]Yunus
Hasan Abidu, Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufassir, Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2007
BalasHapusApakah kamu sudah tau prediksi mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong