Tafsir al-Iklil Karya KH. Misbah Mustofa
(al-Iqlil Fi Ma’ani at-Tanzil)
Oleh :
Hasnan Adip Avivi
I. Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia
memiliki karakteristik yang terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam
realitas sejarah penafsiran al-Qur’an sebagi respon umat Islam dalam upaya
memahaminya. Pemahaman atasnya tidak pernah berhenti, tetapi terus berkembang
secara dinamis mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang
menyebabkan munculnya beragam madzhab dan corak dalam penafsiran al-Qur’an.
Studi atas Al-Quran telah banyak
dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di
zaman Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam. Hal itu tidak
lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada
yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimananm
historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta
telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya
merupakan artikulasi tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa
agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan
kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan
pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri
dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun
intelektual yang berbeda-beda.
II. Metode Dan Penjelasan Kitab
A. Biografi Misbah Mustofa
KH. Misbah adalah seorang pengasuh Pondok Pesantren
al-Balagh, Bangilan, Tuban, Jatim. Ia dilahirkan di pesisir utara Jawa Tengah,
tepatnya di kampung Sawahan, Gang Palem, Rembang tahun 1916 dengan nama Masruh.
Ia lahir dari pasangan keluarga Zaenal Musthafa dan Khadijah. Ayahnya dikenal
masyarakat sebagai orang yang taat beragama, di samping sebagai pedagang yang
sukses dalam usaha menjual batik-batik yang berkualitas. Oleh karena itu,
keluarga Masruh dikenal sebagai keluarga yang cukup berada secara ekonomi untuk
ukuran saat itu, di saat ekonomi Indonesia umumnya sangat memperihatinkan
sebagai dampak adanya imperialisme politik dan ekonomi pihak penjajah.
Keberangkatan Masruh bersama orangtua dan seluruh anggota keluarga menunaikan
ibadah haji merupakan Indikator yang menunjukkan kemampuan ekonomi orangtuanya.
Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji tersebut, Masruh kemudian mengganti
namanya dengan Misbah Musthafa.
Saat ayahnya meninggal, usia Misbah terhitung masih
remaja. Misbah bersama saudara-saudaranya yang lain kemudian diasuh oleh kakak
tirinya yang bernama Zuhdi. Oleh karena itu, meskipun orangtua Misbah “berada”
tetapi Misbah sudah mengalami hidup yang memprihatinkan sejak ditinggal
ayahnya. Inilah salah satu motivasi Misbah untuk selalu menulis dan
menerjemahkan kitab-kitab kuning bahkan sejak dia masih berada di Pondok
Pesantren. Hasil karangan dan terjemahannya kemudian ia jual untuk memenuhi
kebutuhan atau biaya hidup selama belajar di Pondok Pesantren. Tradisi inilah
kemudian ia kembangkan hingga wafatnya. Tidak ada waktu luang bagi Misbah
kecuali ia manfaatkan untuk menulis dari tangannya kemudian lahir karyakarya
tulisan dan terjemahan kitab klasik yang sangat banyak. Tradisi menulis ini
yang dikembangkan oleh kakak kandungannya bernama Bisri yang lebih dikenal
dengan nama lengkap Bisri Musthafa pengarang Kitab Tafsir al-Ibriz li
Ma’rifati al-Qur'an al-Aziz.
Latar belakang intelektual Misbah dimulai ketika ia
mengikuti pendidikan sekolah dasar yang saat itu diberi nama SR (Sekolah Rakyat)
pada usianya yang baru menginjak 6 tahun. Setelah menyelesaikan studinya Misbah
kemudian melanjutkan pendidikan di PonPes Kasingan Rembang pimpinan KH. Khalil
bin Harun pada tahun 1928 M. Orientasi pendidikan Misbah difokuskan untuk
mempelajari ilmu gramatika bahasa Arab yang lebih dikenal dengan nama nahwu
sharaf, buku-buku yang cukup familier bagi Misbah antara lain; Kitab
al-Jurumiyah. Al-Imriti dan alfiyah. Bahkan pada usianya yang muda Misbah
berhasil mengkhatamkan alfiyah sebanyak 17 kali. Hal ini menunjukkan keseriusan
dan ketekunan Misbah dalam mempelajari nahwu sharaf. Setelah merasa paham dan
matang Misbah kemudian mengkaji “Kitab Kuning” dalam berbagai disiplin
ilmu-ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, hadits, tafsir, dan lain-lain.
Beliau juga belajar pada beberapa ulama salah
satunya yang paling mashur yaitu, KH Kholil, ia juga mengkaji ilmu-ilmu agama
kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk mempelajari kitab kuning. Kemudian pada tahun
1948, Misbah menikah dengan Masruhah dan pindah ke Bangilan Tuban, sekaligus
membantu mengajar di Ponpes yang dipimpin mertuanya itu. Sudah menjadi sebuah
tradisi saat itu, ketika santri (siswa PonPes) yang cukup menonjol secara
intelektual akan “diperebutkan” untuk dinikahkan dengan putri kyai pengasuh
PonPes. Motivasi ini pula yang melatarbelakangi keinginan KH. Ridhwan untuk
menikahkan anaknya dengan Misbah. KH. Ridhwan telah melihat potensi Misbah
dalam bidang akademik selain kecerdasan yang dimilikinya. Oleh karena itu,
setiap ilmu yang diajarkan dengan cepat ia serap. Karena potensinya itu, KH.
Ridhwan mengharapkan Misbah untuk mengurus PonPes “al-Balagh” yang ia pimpin
manakala ia belum meninggal dunia. Pada awalnya Misbah merasa keberatan atas
tawaran yang diberikan KH. Ridhwan untuk mengelola PonPes al-Balagh, namun
karena keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, Misbah akhirnya terpacu untuk
mempelajari kitab kuning sendiri dengan bekal yang diperoleh ketika belajar di
PonPes Kasingan bersama KH. Kholil maupun PonPes Jombang bersama KH. Hasyim
Asy’ari.[1]
B. Karya-Karya Misbah Mustofa
Keseriusan Misbah dalam mempelajari ilmu-ilmu keagamaan
kemudian diwujudkan dengan banyak menerjemahkan kitab-kitab klasik atau
kitab-kitab keagamaan. Sekitar puluhan atau bahkan ratusan yang ditulisnya,
baik dalam bidang tafsir, hadits, fiqh, akhlak, balaghah, kaidah bahasa Arab,
dan lain-lain antara lain:
Dalam bidang fiqh
a.
Al-Muhadzab
terjemahan
dalam bahasa Indonesia.
b.
Minhajul
Abidin terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit.
c.
Masail
al-Faraid dalam bahasa Jawa dengan.
Dalam bidang kaidah bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, dan Balaghah)
a.
Alfiyah
Kubra dalam bahasa Jawa
b. Nadham Maksud dalam bahasa Jawa.
c.
Nadham
Imrithi dalam bahasa Jawa dengan.
C. Latar
Belakang Penulisan
KH. Misbah bin Zainil Musthafa menulis kitab tafsir al-Iklil
menerangkan setiap orang Islam wajib mengakui bahwa al-Qur’an adalah
satu-satunya kitab suci dari Allah yang wajib dijadikan tuntunan hidup oleh
setiap hamba-Nya yang ada di bumi ini, dengan artian al-Qur’an menjadi imamnya
(pembimbing). Orang Islam tidak boleh hidup sebagaimana hidupnya orang Kafir,
Hindu, Budha atau Agama-agama lainnya. Akan tetapi harus hidup dengan tuntunan
al-Qur’an, karenahal yang demikian sangat sulit mendapatkan satu dari sejuta
orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai tuntunan hidupnya secara utuh.[2]
C. Metode Dan Contoh Penafsiran
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an Misbah bin Zainil
Musthafa menerangkan ayat demi ayat secara terperinci, lugas dan tidak bertele-tele sehingga sangat tepat di
konsumsi untuk kalangan awam padaumumnya dan kalangan pesantren khususnya.
Melihat cara penafsiran yang dugunakan penulis menyimpulkan bahwa tafsir
al-Iklil menggunakan metode penafsiran secara tahlili. Kemudian dalam
menafsirkan ayat penulis menilai penguasaan bahasa Arab yang cukup baik, hal
ini di dukung dengan uraian makna kata pada aspek nahwu dan shorof, sehingga
baik terjemah maupun penafsiran yang diberikan tidak keluar jauh dari makna
sesungguhnya.
قل هو الله احد
Dawuh sinten Muhammad Allah Utawi Allah iku dzat kang siji
الله الصمد
Utawi Allah iku dzak kang butuhake kabeh mahluk
لم يلد ولم يلد
ora manak lan ora di anaake
ولم يكن له كفواأحد
Lan ora ono marang Allah iku madani sopo siji mahluk
Terejemah surat al-Ihlas
Surat Ihlas iki surat makiyah ayate ono papat, dawuhna
Muhammad ! Allah iku namung siji, allah Dzat kang lengkap, Allah ora kagungan
anak, lan ora di anaake deneng liyane, ora ono kang madani Allah ono ing
perkoro Dzatte, utowo penguatane utowo sifat-sifatte.
Penjelsan Surat al-Ihlas
Yen kito wes ngerti isine surat iki, kito kudu waspodo , madep
marang Allah ing tingkah sholat utowo ora tingkah ora sholat, menowo ono
bayangan ono ing penyegaran-penyegaran songko madangi pikiran, kudu engal di
singkerake, kabeh gambaran kang ono ing penyegaran-penyegaranmesti dudu allah,
yen ono suworo kang di runggu kuping utowo basana basanik ono ing ati ojo
pisan-pisan di angep iku dawuhe Allah, koyo angepane wong kang ngelakoake
ngilmu jowo koyo saptadarma lan liyane. Kanjeng rosul Ṣalla
Allah ‘Alayhi wa Sallam wus dawuh : Tafakaru fil
Halqi wa la Tafakaru fil Halqi, (podo pikir pikir siro kabeh ono ing mahluk
gegaeane Allah ojo podo mikir-mikirono ing Dzatkang gawe mahluk yoiku Allah).[3]
III.
Kusimpulan
Misbah
dilahirkan di pesisir utara Jawa Tengah, tepatnya di kampung Sawahan, Gang
Palem, Rembang tahun 1916 dengan nama Masruh.
Latar belakang intelektual Misbah
dimulai ketika ia mengikuti pendidikan sekolah dasar yang saat itu diberi nama
SR (Sekolah Rakyat) pada usianya yang baru menginjak 6 tahun. Setelah
menyelesaikan studinya Misbah kemudian melanjutkan pendidikan di PonPes
Kasingan Rembang pimpinan KH. Khalil bin Harun pada tahun 1928 M.
Keseriusan
KH. Misbah dalam mempelajari ilmu-ilmu keagamaan kemudian diwujudkan dengan
banyak menerjemahkan kitab-kitab klasik atau kitab-kitab keagamaan. Sekitar
puluhan atau bahkan ratusan yang ditulisnya.
Misbah bin Zainil Musthafa menulis
kitab tafsir al-Iklil menerangkan setiap orang Islam wajib mengakui bahwa
al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci dari Allah yang wajib dijadikan
tuntunan hidup oleh setiap hamba-Nya yang ada di bumi ini, dengan artian al-Qur’an
menjadi imamnya (pembimbing).
Dalam menafsirkan ayat-ayat
al-Qur’an Misbah bin Zainil Musthafa menerangkan ayat demi ayat secara
terperinci, lugas dan tidak bertele-tele
sehingga sangat tepat di konsumsi untuk kalangan awam padaumumnya dan kalangan
pesantren khususnya. Melihat cara penafsiran yang dugunakan penulis
menyimpulkan bahwa tafsir al-Iklil menggunakan metode penafsiran secara tahlili
Daftar Pustaka
anamko , kajian tafsir di
indonesia tafsir al http://2013/08/kajian-tafsir-di-indonesia-tafsir-al.html
Misbah bin Zaini Mustofa, Tafsir Juz ‘ama,
(Maktabah, al-Ahsan, Surabaya).
rachmatfatahillah , KH. Misbah dan kitab al iqli,
lhttp://.blogspot.sg/2014/06/ - KH. Misbah i- dan - al iqli.html
[1]
anamko , kajian tafsir di indonesia tafsir al , http://2013/08/kajian-tafsir-di-indonesia-tafsir-al.html
(diunduh 25-04-2015)
[2]
rachmatfatahillah , KH. Misbah dan kitab al iqli, lhttp://.blogspot.sg/2014/06/
- KH. Misbah i- dan - al iqli.html (diunduh 28-04-2015)
[3]
Misbah bin Zaini Mustofa, Tafsir Juz ‘ama, (Maktabah, al-Ahsan,
Surabaya).Hal.189
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong
BalasHapus