TEKS BERJALAN KE KIRI

Pages

Senin, 11 Mei 2015

Lawrence Andrew Rippin
Beserta Pemikiran Orientalisnya
Oleh:
Hasnan Adip Avivi


I.       Pendahuluan
Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan beberapa kenikmatan serta hidayahNya sehingga kita semua masih dalam lindunganNya yang baik. Serta selawat dan salam kami ucapkan pada Nabi kita, dengan penuh harapan syafaatnya mengiringi kita semua dalam hal apapun, khususnya ketika belajar. Amin.
Usaha memahami makna al-Qur’ân muncul sejak ayat-ayatnya diterima Nabi Muhammad pada tahun 61O M. Usaha pemahaman tersebut kemudian dikenal dengan Tafsir, yaitu suatu studi yang teratur memahami makna al-Qur’ân. mulai dari huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat hingga surah per surah. Ada yang melakukannya dengan tafsir ayat dengan ayat, ada juga dengan ayat dengan hadits. Ada pula dengan pendekatan pemikiran (bi al-ra'yi atau bi al-ma'qûl) ada juga dengan bi al-ma'tsûr. Namun, dalam pendekatan modern, tafsir kemudian berkembang seiring dengan perhatian non-Muslim atau terutama Barat (Orientalis) dalam studi tafsir. Terma-terma serta konsep-konsep yang digunakannya tentu juga muncul berdasarkan pengalaman, tradisi, dan pengetahuan mereka itu. Teori, pendekatan. dan metodologi Barat, serta jargon dan terminologinya. kemudian tidak terhindarkan.
Makalah ini akan mengetahui bagaimana cara orientalis mempelajari Tafsir, terutama hal ini Andrew Rippin, seorang spesialis dalam Studi Islam dengan perhatian utamanya adalah al-Qur’ân serta sejarah interpretasinya. Dengan kata lain, bagaimana bingkai berpikir Andrew Rippin, pendekatan dan metodologi Rippin dalam memahami kajian tafsir serta kritiknya terhadap asbab an-nuzul.
II.    Pemikiran Dan Orientalis Andrew Rippin
A.    Biogrrafi Andrew Rippin
Lawrence Andrew Rippin lahir pada tanggal 16 Mei 1950 di London, Inggris. Andrew Rippin adalah seorang mahasiswa di University of Toronto di sana  ia mendapat gelar BA pada tahun 1974 dan 3 tahun kemudian dia berhasil menyelesaikan magisternya dalam bidang kajian Islam dengan desertasi dengan judul The Quranic asbabu nuzul material (bahan asbabun nuzul al-Quran). Rippin berhasil memperoleh gelar P.Hd dalam bidang kajian tafsir di Universitas Mc Gill pada tahun 1981.
Sejak itu, Rippin amat produtif dalam bdang studi islam serta al-Quran dan sejarah penafsirannya. Dalam banyak pertemuan ilmiah di luar kampus tempat kerjannya, Rippin cukup aktif, baik sebagai anggota ataupun sebagai pengurus berbagai organesiasi professional dan keilmuan. Rippin banyak menerima award dari social sciences dan humaties of Canada.[1]
B.    Metodologi dan pendekatan Andrew Rippin
Rippin dalam penelitiannya menggunakan metodologi analisis literer sebagaimana gurunya wonsbrough, dia, pada sebagian besar karyanya senang meneliti satu konsep atau terma tertentu. Umpamanya kata نحن atau kami atau وجه الله  dalam al-Quran, namun demikian berbeda dari analisis maudlu’i. Rippin mendekati suatu kata berdasarkan karya historisitas penulis muslim awal. Kendati hanya pada literature yang hanya dia dapat akses (maksudnya tentu masih banyak karya yang belum tersingkap atau terakses olehnya. Dia juga membatasi dirinya pada karya-karya Arab kalautoh ada dari Persia hanya segelintir saja, bahasa Turki dan bahasa muslim lainnya belum sempat ia gunakan.[2]
Salah satu artikel Rippin adalah tentang fungsi asbabun nuzul dalam tafsir al-Quran (1988), dia menelusuri apakah asbabun nuzul itu mengikuti pola haggadig atau halakhiq dengan mengaplikasikan pendekatan analisis litere terhadap naratif asbabun nuzul. Kesimpulannya adalah fungsi utama asbabun nuzul itu dalam teks tafsir bukanlah bentuk halakhiq namun peran utama bahan-bahan tersebut ditemukan dalam bentuk haggadig yaitu, asbabun nuzul berfungsi untuk menyediakan interpretasi tentang satu ayat dalam sebuah kerangka naratif.
Karya terakhir yang dapat di elaborasi adalah nilai puisi permainan kata-kata dalam al-Quran karya Rippin (1994), ini juga menggunakan analisis literer tapi, kali ini lebih kepada bagaimana permainan kata-kata ini membawa pesan terhadap pembaca al-Quran. Dan melihat bagaimana memahami suara music yang bercampur dengan suara argumentasi dalam teks itu, dengan kata lain apakah permainan kata-kata itu produktif dalam melahirkan diskursus yang bersifat Qurani? Dalam tulisan ini, Rippin mendekati permasalahan dengan memilih kata-kata yang punya makna ganda padahal diletakkan dalam satu ayat umpamanya, kata السّاعة QS. 30: 55, yang bisa bermakna waktu biasa tetapi juga bisa bermakna hari kiamat. Rippin berkesimpulan bahwa kata-kata dalam al-Quran itu tentu saja sebuah fenomena yang merupakan bagian dari proses temuan pembaca terhadap al-Quran dan contoh-contoh yang dikemukakan tersebut merupakan suatu tekanan retorika dalam teks. Jadi retorikal analisis juga digunakan. Bagaimana cara sebuah kata dianalisis merupakan bagian dari makna yang disampaikannya serta pesan ditekankan melalui fokabolari yang digunakannya, hal ini menggaris bawahi bahwa kata-kata itu pada kenyataanya dapat menghantarkan makna hanya melalui konteks. Sebaliknya kesederhanaan pertanyaan sebuah permainan kata-kata tersebut dalam al-Quran sering dibutuhkan ketika menanyakan soal produktifitasnya. Permainan kata bukanlah landasan utama bagi elaborasi negative yang Qurani.[3]
C.   Andrew Rippin “Kritik Kodifikasi al-Quran”
Andrew Rippin mengamini pendapat Wansbrough bahwa kodefikasi teks al-Quran terbentuk pada akhir abad ke-2 Hijriah. Oleh sebab itu, semua Hadis yang menyatakan tentang himpunan al-Quran harus dianggap sebagai informasi yang tidak dapat dipercaya secara historis. Semua informasi tersebut adalah fiktif yang punya maksud-maksud tertentu. Semua informasi tersebut mungkin dibuat oleh para fuqaha untuk menjelaskan doktrin-doktrin syari’ah yang tidak ditemukan di dalam teks, atau mengikuti model periwayatan teks orisinal pantekosta dan kanonisasi kitab suci Ibrani.[4]
Masih menurut keduanya, untuk menyimpulkan teks yang diterima dan selama ini diyakini oleh kaum Muslimin sebenarnya adalah fiksi yang belakangan yang direkayasa oleh kaum Muslimin. Teks al-Quran baru menjadi baku setelah tahun 800 M. Lebih jauh lagi Rippin mengatakan, Al-Quran tidak diturunkan kepada satu orang, tetapi merupakan kumpulan atau pengeditan oleh sekelompok orang selama beberapa abad. Jadi, al-Quran yang kita baca sekarang tidak sama dengan apa yang ada pada abad ke 7M. kemungkinan merupakan hasil abad 8M dan 9M.
Akibatnya tahap pembentukan Islam tidak berlangsung pada masa Muhammad, namun berkembang selama 200-300 tahun berikutnya. Sumber-sumber materi bagi periode ini, sangat sedikit. Dan di luar dugaan, semua sumber berusia jauh setelah abad 7. Sebelum 750 M tidak ada dokumen yang bisa diverifikasi yang bisa menjelaskan periode pembentukan Islam ini. Periode klasik ini menggambarkan masa lalu tetapi dari sudut pandangnya sendiri, seperti orang dewasa menulis tentang masa kecilnya yang cenderung mengingat hal-hal yang manis saja. Sehingga kesaksian ini bersifat tidak obyektif dan oleh karena itu tidak dapat diterima sebagai otentik.
Menurut Rippin, muslim ortodok percaya penuh bahwa wahyu Islam adalah intervensi ilahi lewat Jibril selama periode 22 tahun, masa yang menetapkan hukum dan tradisi yang akhirnya membentuk Islam. Tetapi hal ini diragukan, kata Rippin, bahwa pada abad ke 7, Islam, sebuah agama yang terdiri dari hukum dan tradisi yang njlimet dibentuk dalam sebuah budaya nomad terbelakang dan berfungsi penuh dalam hanya 22 tahun. Wilayah Arabia sebelumnya tidak dikenal sebagai dunia beradab. Periode ini bahkan dicap sebagai periode jahiliyah. Wilayah Arabia sebelum Muhammad tidak memiliki budaya maju, apalagi infrastruktur yang diperlukan untuk menciptakan keadaan yang mendukung pembentukan Islam. Jadi, bagaimana Islam diciptakan secepat dan serapih itu? Dalam lingkungan padang pasir yang terbelakang lagi.[5]
III. Kesimpulan
Lawrence Andrew Rippin lahir pada tanggal 16 Mei 1950 di London, Inggris. Andrew Rippin adalah seorang mahasiswa di University of Toronto di sana  ia mendapat gelar BA pada tahun 1974 dan 3 tahun kemudian dia berhasil menyelesaikan magisternya dalam bidang kajian Islam dengan desertasi dengan judul The Quranic asbabu nuzul material.
Rippin dalam penelitiannya menggunakan metodologi analisis literer sebagaimana gurunya wonsbrough, dia, pada sebagian besar karyanya senang meneliti satu konsep atau terma tertentu. Umpamanya kata نحن atau kami atau وجه الله  dalam al-Quran, namun demikian berbeda dari analisis maudlu’.
Andrew Rippin mengamini pendapat Wansbrough bahwa kanonisasi teks al-Quran terbentuk pada akhir abad ke-2 Hijriah. Oleh sebab itu, semua Hadis yang menyatakan tentang himpunan al-Quran harus dianggap sebagai informasi yang tidak dapat dipercaya secara historis.
Menurut Rippin, muslim ortodok percaya penuh bahwa wahyu Islam adalah intervensi ilahi lewat Jibril selama periode 22 tahun, masa yang menetapkan hukum dan tradisi yang akhirnya membentuk Islam.
Karya terakhir yang dapat di elaborasi adalah nilai puisi permainan kata-kata dalam al-Quran karya Rippin (1994), ini juga menggunakan analisis literer tapi, kali ini lebih kepada bagaimana permainan kata-kata ini membawa pesan terhadap pembaca al-Quran. Dan melihat bagaimana memahami suara music yang bercampur dengan suara argumentasi dalam teks itu, dengan kata lain apakah permainan kata-kata itu produktif dalam melahirkan diskursus yang bersifat Qurani? Dalam tulisan ini, Rippin mendekati permasalahan dengan memilih kata-kata yang punya makna ganda padahal diletakkan dalam satu ayat umpamanya, kata السّاعة QS. 30: 55.



Daftar Pustaka
Bakti, Andi Faisa., “Paradigma Andrew Rippin”, dalam Jurnal Studi al-Quran, Vol, I, No. 2, 2006.
Bhaidhawy, Zakiyuddin. Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama,(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002),
Oimbocahmanut , http:/ /2014/05/kritik-andew-rippin-terhadap-asbab.html (diunduh 01-05-2015)



[1] Oimbocahmanut , http:/ /2014/05/kritik-andew-rippin-terhadap-asbab.html (diunduh 01-05-2015)
[3] Andi Faisal Bakti, “Paradigma Andrew Rippin”, dalam Jurnal Studi al-Quran, Vol, I, No. 2, 2006.Hal. 33
[4]Ibid,. Hal 82

[5]Zakiyuddin Bhaidhawy . Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama,(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), Hlm. 262.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com