Problematika Penelitan
Filologi
Nama
: Hasnan Adip Avivi
Kelas
: B
Tinjuan
dari Persepektif Edisi Teks dan Kajian Hadits
Istilah
filologi sudh di pakai oleh para ahli di daerah Alexandria (Baried, 1938: 1-2).
Sejak sekitar abad ke-3 S.M. Dikatakan bahwa kegiatan mereka adalah berusaha
mengkaji teks-teks lama yang berasal dari bahasa yunani. Pengkajian mereka
terhadap teks-teks tersebut bertujuan yang asli untuk mengetahui pengarangnya
dangan jalan menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Dengan
usaha mencari perbedaan yang terdapat di dalam teks.
Di
sini seorang penyuting teks secara fililogis itu ibarat seorang dokter ahli
radiologi yang melakulan pemeriksaan terhadap pasien di suatu laboratorium,
hasil pemeriksaan tadi dapat menjadi data yang berharga bagi dokter ahli yang
lain. Di sebuah instituti keagamaan sering di jumpai suatu penelitian yang bersumber
pada naskah lama.
Edisi
Teks dan Kritik Teks
Edisi
Teks atau sering dikenal dengan
istilah suntingan teks adalah (upaya) menyusun suatu teks secara utuh
setelah dilakukan pemurnian teks ke dalam suatu bahasa. Pengertian dari pemurnian
teks sendiri adalah upaya untuk menentukan salah satu teks yeng akan dipakai
sebagai dasar translitasi naskah berdasarkan penelitian teks dengan suatu
kritik teks. Adapun metode kritik teks meliputi perbandingan naskah
untuk mengelompokan varian-varian yang ada dan merekonstruksi garis penurunan
naskah (memilih suatu naskah untuk di translitasi).
Adapun
langkah awal dari suatu penelitian teks adalah menginventarisasi naskah,
yang langkah kerja ini dilaksanakan dengan juga membuat deskripsi naskah dan
aparat kritik. adapun intventarisasi naskah dapat dilakukan setelah
diketahui sejumlah naskah yang dimaksut dari suatu katalog naskah. Upaya
memperoleh naskah kecuali dapat dilkukan dengan peruntutan ke dalam naskah katalogus
naskah, dapat juga ke suatu badan atau perorangan yang diketahui memiliki
naskah tersebut.
Pengembangan
Penelitian Filoligi
Dalam
penylengaraan pembahasan di tingkat intrnasional, disiplin ilmu filologi sering
dikaitkan dengan bidang sastra, atau dengan kata lain pembahasan itu tidak
begitu mempermasalahkan perbedaaan antara kajian filologi dengan kajian sastra,
dan kajian bidang filologi sering dimasukan ke dalam kajian bidang sastra. Karena
kajian yang bersifat filologis dengan melalui suatu edisi kritis dapat
dikembangkan ke dalam bentuk kajian yang lain dengan mengunakan metode literer.
Hal ini dapat dipahami setelah diketahui terlebih dahulu mengenai ruang lingkup
pengembangan penelitian filologi. Dengan begitu para ahli filologi terbuka
peluang untuk memahami ilmu lain yang relevan.
Edisi
Teks dan Kajiaan Teks
Unsur-unsur
penelitian filologi yang paling penting yaitu meliputi pendahuluan, deskripsi
naskah, penjelasan: kandungan teks dan simpulan atau saran. Adapun unsur
metodologi merupakan bagian yang memunginkan dikembangkan penelitian filologi
dengasaann berbagai disiplin ilmu, dapat berupa bidang kebhasaan, kesusastraan,
serta dengan ilmu yang lain.
Kajian
terhadap teks terbuka kemungkinan untuk mempergunakan berbagai pendekatan literer,
kebahasaan, dan pendekatan multidisipliner. yang dapat di
pakai (disesuaikan dengan keadaan, bentuk dan isi teks), adalah pendekatan struktural,
mimitik, pragmatik, ekspresif, reseptif, fungsional, intertektual, semiotik,
dekonstruktif, hermenetik. Dapat pula dilakukan dengan gabungan antara
pendekatan literer dan kebahasaan. Misal: fungsi poetik bahasa Roman
jakobson, lapis-lapis makna Roman ingarden, dan berbagai pendekatan semiotik.
Teks,
Pembaca, dan Interaksi Antar Kadua
Penelitian
filologi tidak cukup jika si peneliti hanya berbekal ilmu filologi saja, karena
jika teks telah di garap secara filologis, teks itu perlu dicari manfaatnya,
manfaat suatu teks dpat diketahui setelah teks itu dapat dipahami isinya.
Sedangkan untuk memahami isi suatu teks, tidaklah cukup hanya mengkaji secara
trinsik makna teks, apalagi jika teks itu berupa teks sastra. Apa yang
membedakan bahasa pada karya sastra dengan bahasa dalam komunikasi adalah
“kualitas yang dibangunya”.
Fungsi
Pembaca Teksdu
Menurut
Wilfgang iser (1980: ix), teks sastra akan menghasilkan sebuah tangapan apabila
teks itu dibaca, dalam hal ini, pembaca
terhadap teks menjdi suatu yang amat penting. Efek-efek dan tangapan-tangapan
bukanlah milik teks maupun pembaca, tetapi teks mempresentasikan sebuah efek
potensial yang terealisasikan dalam proses pembacaan.
Katagori
Pembaca Teks
Iser
dalam bukunya yang berjudul The Art of Reading, pada bagian yang kedua,
mengutip Northrop Frey yang mengatakan bahwa “telah dikatakan oleh Jackob
Boehemer dari Jerman bahwa bukunya seperti sebuah kapal pesiar: pengarang
membawa kata-kata, dan pembaca membawa makna”. Pernyataan itu diamaksutkan oleh
Boehemer hanya untuk sindiran, tetapi sebenarnya itu merupakan gambaran yang
tepat tentang semua karya sastra. Setiap usaha untuk memahami sifat yang benar
untuk memahami sifat yang benar tentang pengarang dan pembaca memunculkan
pertanyaan di dan ke manakah pembaca mengacu? Menurut Iser akan muncul beberapa
tipe bembaca yang berlainan ketika kritik saran membuat pertanyaan tentang
efek-efek karya sastra yang memberikan tangapan-tangapan terhadapnya. Dalam hal
ini muncul dua tipe pembaca:
a. The Real Reader (pembaca
yang sebenarnya)
Pembaca
jenis ini muncul dalam pengkajian sejarah tangapan-tangapan, yakni ketika
perhatian study sastra dipusatkan pada cara karya sastra yang diterima
oleh masyarakat pembaca khusus.
b. Hypothecical Reader (pembaca
hipotesis)
Pembaca
jenis ini berada di atas semua kemungkinan aktualisasi reks yang telah
di perhitungkan. Jenis pembaca hipotesis isi dibagi menjadi dua yaitu pembaca
ideal dan pembaca kontemporer
0 komentar:
Posting Komentar