TEKS BERJALAN KE KIRI

Pages

Selasa, 06 Januari 2015

Tokoh Dan Pemikiran Oksidentalis



Tokoh Dan Pemikiran Oksidentalis Secara Komperhensif
Oleh : Hasnan Adip Avivi

I.     Pendahuluan
Oksidentalisme merupakan arah kajian baru dalam menghadapi hegemoni keilmuan barat. Istilah yang ditenarkan oleh Hassan Hanafi ini berusaha mengkaji barat dalam kacamata timur, sehingga ada keseimbangan dalam proses pembelajaran antara kulon dan wetan (west and east). Dunia barat selama ini dipandang sangat mendominasi dalam kajian ketimuran, khususnya kajian ke-islaman. Bahkan, di era kolonial, orientalisme dianggap sebagai senjata untuk menundukan bangsa-bangsa timur.
Misi Oksidentalisme adalah mengurai dan menetralisasi distorsi sejarah antara Timur dan Barat, dan mencoba meletakan kembali Peradaban Barat pada proporsi geografisnya. dan tidak menutup kemungkinan untuk mengambil manfaat dari kajian-kajian ke-Islam-an (Islamologi) mereka atau paling tidak memakai metodologi mereka dalam mengkaji bahkan mengkritisi beberapa ajaran dan tradisi dalam Islam. Namun Yang terakhir inilah, yakni al-Intifa min al-Ghorb menjadi perdebatan yang mengakar antara dua kelompok (pemikiran) Islam di hampir seluruh penjuru bumi Allah ini; yaitu antara kelompok Tradisionalis dan Modernis (sekularis; julukan yang sering diberikan oleh kelompok Tradisionalis kepada kelompok kedua ini). Kelompok pertama, mewakili kelompok yang sering disebut militan-fundamentalis (terutama oleh kelompok modernis) yang mewakili bahwa kebesaran umat Islam tergantung kepada kesadaran mereka dalam melaksanakan ajaran agamanya dengan kembali kepada ajaran inti al-Qur’an dan Sunnah
II. Tokoh Dan Pemikiran Oksidentalisme
A.  Pengertian Oksidentalisme
Oksidentalisme al-Istighrâb, adalah lawan dari orientalisme al-Istisyrâq. Kalau oreintalisme melihat potret Timur yang dalam tanda petik “Islam” dari kacamata Barat, maka oksidentalisme justru sebaliknya: melihat potret Barat dari kacamata Timur.Apabila ditinjau dari aspek etimologinya, oksidentalisme diambil dari akar kataoccidentyang berarti “arah matahari terbenam”.[1]
Sedangkan menurut Burhanuddin Dayadalam bukunya Pergumulan Timur Menyikapi Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme mengatakan bahwa dalam menjabarkrn oksidentalisme sedikit berbeda dengan yang lain, yaitu: Pertama, oksidentalisme dipandang sebagai suatu mode pemikiran yang dibangun berdasarkan suatu epistemologi dan ontologi tertentu dengan menancapkan perbedaan yang jelas antara Timur dan Barat. Kedua, oksidentalisme mungkin bisa juga dilihat sebagai istilah akademik yang merujuk kepada seperangkat lembaga, disiplin ilmu, dan berbagai aktivitas, yang biasanya terbatas pada perguruan-perguruan tinggi Timur yang berkepentingan dengan kajian tentang masyarakat dan kebudayaan Barat. Ketiga, oksidentalisme dapat dilihat sebagai lembaga berbadan hukum yang berkepentingan dengan masyarakat Barat.
Luthfi Asy-Syaukani sendiri dalam karangannya  Oksidentalisme: Kajian Barat Setelah Kritik Orientalisme terhadap Ulumul Qur’an mengatakan secara harfiah oksidentalisme berarti hal-hal yang berhubungan dengan Barat, baik itu budaya, ilmu dan aspek sosial lainnya.[2]
            Secara garis besar, oksidentalisme suatu gerakan pembaharu yang muncul dari Timur untuk mensetarakan dunia Timur dengan Barat yang telah maju. Dan juga menetralisasi penyimpangan sejarah antara bangsa Timur dan bangsa Barat.
B.  Sejarah Perkembangan Oksidentalisme       
Pada abad 17 hingga abad 18 M adalah masa disintegrasi kekuasaan Islam, hilangnya rasionalisme dan mengentalnya sufisme dalam kehidupan masyarakat Islam merupakan fenomena yang menganjal dan sekaligus sebagai pertanda bagi degradasi Islam. Sebaliknya, pada waktu itu pula dunia Barat sedang mencapai prestasi di bidang sains dan teknologi.Sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dan melepaskandiri dari cengkraman kolonial Barat, dunia Islam, terutama Mesir dan Turki melakukan studi tentang kemajuan-kemajuan Barat baik di bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, beberapa delegasi pelajar dikirim ke Barat untuk mendalami ilmu di sana. Sekitar dua abad,merekaberguru terhadap orang Barat dalam berbagai hal, namun hal tersebut belum bisa mengantarkan dunia Islam kepada kemajuan yang diharapkan. Sementara studi tentang pemikiran atau filsafat Barat masih terlalu prematur, sehingga studi tersebut belum memuaskan dan memberi konstribusi bagi Intelektual Islam. Ketidakpuasan kajian tesebut, setidaknya dapat dilihat dari dua faktor. Pertama, kajian yang ada masih sarat dengan subyektifitas. Kedua, kajian yang ada hanya sekadar promosi peradaban orang lain yang kering dari kritisisme.[3]
Barat yang telah hadir di tengah-tengah kehidupan umat Islam dengan berbagai produknya membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatif itu kemudian menjadi problem bagi kemajuan dunia Islam. Oksidentalisme digagas sebagai bentuk respon terhadap problemtersebut yang berupa tantangan modernitas.
Menurut Hasan Hanafi, oksidentalisme yang dibangunnya mempunyai akar sejarah dalam khasanah keilmuan Islam, karena hubungan antara dunia Islam dengan Barat tidak hanya terjadi pada abad modern, melainkan telah dimulai sejak 12 abad yang silam. Hal itu terjadi ketika ulama berhadapan dengan filsafat Yunani.[4]
Studi oksidentalisme ketika Islam berada pada puncak kejayaanya dan sebagai pusat peradaban dunia. Pada awalnya, umat Islam lebih bersikap pasif dalam mengkaji budaya dan pemikiran Yunani. Kajian dalam fase ini, ditekankan hanya untuk mengetahui pemikiran-pemikiran tersebut kemudian dialihbahasakan secara tekstual kedalam bahasa Arab, tanpa melakukan kajian lebih kritis. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi dilakukanya penerjemahan secara tekstual, antara lain:untuk menjaga validitas bahasa, keterbatasan bahasa Arab dalam memahami tema-tema baru yang tidak dijumpai sebelumnya, danmembangun logika yang belum dimiliki oleh umat Islam. Olehkarenanya, fase ini disebut dengan masa terjemahan tekstual.[5]
C.  Tokoh-tokoh Oksidentalisme
Secara umum tokoh-tokoh Oksidentalisme adalah:
1.   Jamaluddin al-Afghani.
Beliau adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam. Beliau juga salah satu filosof islam.
2.   Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa Mahallat Nashr tahun 1849 M. Dan beliau wafat pada tahun 1905 M. Beliau juga termasuk dalam salah satu filosof Islam dan mempuyai pengaruh besar dalam bidang pendidikan.
3.   Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H. Beliau merupakan salah satu murid Muhammad Abduh.
4.   Nurcholis madjid
Nurcholish Madjid.M.A. Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga kalangan pesantren. Termasuk salah satu tokoh oksidentalis tanah air.
5.   Hasan Hanafi
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Beliau adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner serta oksidentalisme.[6]


II.  Jamaluddin Al-Afgani Dan Konsep Pemikiranya
Disini saya akan menerangkan tentang sosok pelaku oksidentalisme yaitu Jamaluddin Al-Afgani yang mana akan saya terangkan dengan lengkap tentang biografi,pemikiran dan juga yang lainya :
a.    Biografi Jamaluddin Al-Afgani
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di As’adabad, dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanistan, pada tahun 1838 (1254 H).[7] Al-afghani menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan Perancis. Pada usia 18 tahun di Kabul, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan tetapi juga mendalami filsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi.
Jamaluddin al-Afghani adalah salah seorang pemimpin pergerakan Islam pada akhir abad ke -19. Sayyid Sand adalah ayah Afghani, yang dikenal dengan gelar Shadar Al-Husaini. Ia tergolong bangsawan terhormat dan mempunyai hubungan nasab dengan Hussein Ibn Ali r.a., dari pihak Ali At-Tirmizi, seorang perawi hadits. Oleh karena itu, di depan nama Jamaluddin al-Afghani diberi title “Sayyid”. Afghani melanjutkan belajar ke India selama satu tahun. Di india Afghani menekuni sejumlah ilmu pengetahuan melalui metode modern. Didorong keyakinannya, ia melanglang buana ke berbagai negara. Dari India, Jamaluddin melanjutkan perjalanan ke mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulangnya ke Kabul ia diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864,, ia diangkat menjadi penasehat Sher Ali Khan, dan beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris menilai Jamaluddin sebagai tokoh berbahaya karena ide-ide pembaharuannya, terus mengawasinya.[8]


b.    Konsep Dan Gagasan Islamisme Al-Afghani
Selama di Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuanya, antara lain yang pokoknya:
a. Musuh utama adalah penjajah (Barat).
b. Ummat Islam harus menentang penjajahan dimana dan kapan saja
c. Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan-Islamisme).
Pan-Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam kesatuan dan kembali kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.[9]
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
a. Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b. Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c. Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup.
Pengalaman yang diserap Al-Afghani selama lawatannya ke Barat menumbuhkan semangatnya untuk mamajukan umat. Barat yang diperankan oleh Inggris dan Prancis mulai hndak menancapkan dominasi politiknya di dunia Islam, maka pasti akan berhadapan dengan Al-afghani. Adanya anggapan dasar yang dipegang oleh Al-Afghani menghadapi Barat
Dengan demikian jelas sekali bahwa ide-ide Al-Afghani masih menginspirasi pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam menghadapi tantangan umat Islam meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang telah berbeda.
Sebagai seorang aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam karya-karya lisan (pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya yang tidak terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di zaman modern.Beberapa tulisannya bernada pidato yang amat bersemangat, menggambarkan penilaiannya tentang betapa mundurnya umat islam dibanding dengan bangsa erofa yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang tersebar dalam bahasa Arab dan persia telah mengilhami berbagai gerakan revolusioner  Islam melawan penjajahan dan penindasan barat. Karena pada dasarnya Al-Afghani adalah seorang revolusioner politik, ia mengemukakan ide-idenya hanya dalam garis besar, berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan ungkapan-ungkapan kunci, tanpa elaborasi intelektual yang lebih jauh.[10]
c.    Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani
Seperti sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-Islamisme. Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah Muda, tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya bukan turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab dan Persia sehingga penulis-penulis terkemudian  banyak menyebutkan  bahwa Al-Afghani merupakan pembaharu internal.
Ide pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan seperti itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena  kehidupan politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat tulisan yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani semakin memperkuat posisi Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-Afghani telah mempesona dan bahkan berdebat dengan orang-orang barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin penting di mata intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang berkelanjutan terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat. Namun ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.
Letak keungulan Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini.
Albert Hourani, misalnya memberikan komentar bahwa Al-Afghani adalah seseorang yang karangannya tidak banyak dikenal tetapi pengaruh kepribadiannya amat besar. Bahkan ide-ide Al-Afghani masih memberikan warna pada gerakan kontemporer Islam, seperti Gerakan Kiri Islam yang dimotori oleh Hassan Hanafi. Pada tahun 1981, Hanafi menerbitkan Jurnalnya, Al-Yasar al-Islamy (Kiri Islam), sebagai tanda awal gerakannya. Menurutnya jurnal tersebut adalah kelanjutan dari Al-Urwah al Wutsqa yang pernah diterbitkan oleh Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Tujuan jurnal tersebut menurut Hanafi , adalah berjuang melawan kolonialisme dan keterbelakangan, berjuang untuk mewujudkan kebebasan, keadilan sosial dan menyatukan dunia Islam.[11]
D.  Dampak Positif Dan Negatif Yang Ditimbulkan Adanya Oksidentalisme
Berbicara dampak positif dan negatif akibat kajian oksidentalisme sama halnya dengan membicarakan peperangan antara kebaikan dan keburukan, artinya sudah menjadi sunnatullah di dunia ini sesuatu yang dianggap sempurna akan nampak kekurangannya. Dalam kajian oksidentalisme ada kebaikan yang bisa diambil dan ada juga keburukan yang muncul.
Menurut penulis dampak positif dan negatif akibat oksidentalisme tergantung pada pribadi oksidentalis itu sendiri. Seorang oksidentalis yang benar menurut penulis ialah yang tidak terlalu terpengaruh dengan kemajuan peradaban Barat dan lantas mengadopsi apa saja yang yang diproduksi oleh Barat, boleh mengambil dan meniru Barat,tetapi harus mem-filter-nya dengan landasan Islam dan iman. karena kalau tidak, akan menimbulkan semacam racun dalam masyarakat timur khususnya umat Islam.
Islam yang universal, mengajarkan liberalisme dalam berfikir, memfungsikan akal sebagai anugerah fitrah tetapi dibatasi oleh dua pokok fundamental yaitu Al-Qur'an dan Hadis, seagaimana ungkapan yang sering kita dengar “kamu punya kebebasan tetapi kebebasanmu dibatasi oleh kebebasan orang lain”, bersebrangan dengan libralisme yang didengung-dengungkan dan dianut oleh Barat, yaitu libralisme tanpa batas, dan ini bahaya.
Menurut Hassan Hanafi, “Jika Oksidentalisme telah selesai dibangun dan telah dipelajari oleh para peneliti dari beberapa generasi, lalu menjadi arus utama (thayyar `âmm) pemikiran di negara kita (Mesir dan Timur Tengah, termasuk Indonesia) serta memberikan andil dalam membentuk kebudayaan tanah air, maka akan terdapat hasil-hasil seperti berikut ini;
1.      Adanya kontrol atau pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir, sejak kelahiran hingga keterbentukan.
2.       Mempelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah, bukan sebagai kesadaran yang berada di luar sejarah (khârij al-târîkh).
3.       Mengembalikan Barat ke batas alamiahnya, mengakhiri perang kebudayaan, menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan filsafat Eropa ke lingkungan di mana ia dilahirkan, sehingga partikularitas Barat akan terlihat.
4.      Menghapus mitos “kebudayaan kosmopolit”; menemukan spesifikasi bangsa di seluruh dunia, dan bahwa setiap bangsa memiliki tipe peradaban serta kesadaran tersendiri, bahkan ilmu fisika dan teknologi tersendiri seperti yang terjadi di India, Cina, Afrika dan Amerika Latin; menerapkan metode sosiologi ilmu pengetahuan dan antropologi peradaban pada kesadaran Eropa yang selama ini diterapkan produsennya pada kesadaran non Eropa, dan merupakan satu penemuan yang sangat berharga yang orisinal dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Singkatnya, agar terjadi pola hubungan seimbang, akan muncul berbagai sentrimisme, semua peradaban dalam satu level, sehingga terjadi hubungan timbal balik dan interaksi peradaban yang harmonis.
5.      Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non Eropa dan membebaskannya dari “akal” Eropa yang menghalangi nuraninya, sehingga bangsa non Eropa dapat berpikir dengan “akal” dan kerangka lokalnya sendiri. Sehingga akan ada keragaman tipe dan model. Tidak tunggal bagi semua bangsa di dunia. “Tidak ada kreasi tanpa pembebasan diri dari kontrol the other dan tidak ada inovasi orisinal tanpa kembali kepada diri sendiri yang telah terbebas dari keterasingan dalam the other. Orisinalitas ini akan beralih dari tingkat kesenian rakyat ke tingkat substansial dan konsepsi tentang alam.[12]
III. KESIMPULAN
Jamaluddin al-Afghani adalah salah seorang pemimpin pergerakan Islam pada akhir abad ke -19. Sayyid Sand adalah ayah Afghani, yang dikenal dengan gelar Shadar Al-Husaini. Ia tergolong bangsawan terhormat dan mempunyai hubungan nasab dengan Hussein Ibn Ali r.a.
Semua pemikiran-pemikirannya adalah berdasarkan kepercayaannya, yaitu Islam adalah yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perbuahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seperti yang tercantum dalam al-Qur’an dan Hadits.
Adapun dampak positif dan negatif akibat kajian oksidentalisme sama halnya dengan membicarakan peperangan antara kebaikan dan keburukan, artinya sudah menjadi sunnatullah di dunia ini sesuatu yang dianggap sempurna akan nampak kekurangannya. Dalam kajian oksidentalisme ada kebaikan yang bisa diambil dan ada juga keburukan yang muncul.

Daftar Pustaka
Bachrain,Oksidentalisme,(http://bachrain88.blogspot.com/2013/05/oksidentalisme.html),  diakses pada 11-12-2014
Daya. Burhanuddin, Pergumulan Timur Menyikapi Barat :Dasar-dasar Oksidentalisme, Suka Press, 2008.
Hadi, Saiful. Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, Jakarta : Insan Cemerlang, tth.
Hanafi, Hassan. Oksidentalism: Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, Terj. M. Najib Buchori,Jakarta: Paramadina, 2000.
Mohammad, Herry. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh, Jakarta : Gema Insani, 2006.
Munawir, Imam. Mengenal Pribadi dan Pemikir Islam Dari Masa Ke Masa, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2006).Hlm 150
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1975.
NyitKunyit, orientalisme dan oksidentalisme,(http://semprulle44.blogspot.com /2013/02/orientalisme-dan-oksidentalisme-melacak.html),(Diakses 27-12-2014)
Ulin Nuha, Studi Analisis Orientalisme dan Oksidentalisme, (http://ulinnuha. blogspot.com/2013/02/studi-analisis-orientalisme-dan.html),(Diakses 25-12- 2014)


[1] Hassan Hanafi, Oksidentalism: Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, Terj. M. Najib Buchori,, (Jakarta: Paramadina, 2000), hal 25-34
  [2] Ulin Nuha, Studi Analisis Orientalisme dan Oksidentalisme, (http://ulinnuha.blogspot.com/2013 /02/studi-analisis-orientalisme-dan.html), (Diakses 25-12- 2014)
[3] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975).Hlm. 73
[4] Hassan Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, M. Najib Buchori. hlm.44
  [5]Bachrain,Oksidentalisme,(http://bachrain88.blogspot.com/2013/05/oksidentalisme.html),  (diakses  pada 11-12-2014)
[6] Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat :Dasar-dasar Oksidentalisme, Suka Press, 2008. hal 88
[7] Saiful Hadi, Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, (Jakarta : Insan Cemerlang, tth).Hlm 53
[8] Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh, (Jakarta : Gema Insani, 2006).Hlm 75
[9] Nyit Kunyit, orientalisme dan oksidentalisme, (http://semprulle44.blogspot.com/2013/02/orient alisme-dan-oksidentalisme-melacak.html), (Diakses 27-12-2014)
[10] Imam Munawir, Mengenal Pribadi dan Pemikir Islam Dari Masa Ke Masa, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2006).Hlm 150
[12] Hassan Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, Terj. M. Najib Buchori,  hlm.51

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com