TEKS BERJALAN KE KIRI

Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 21 Agustus 2015

sejarah dan sirah nabawiyah

sejarah dan sirah nabawiyah

Hasnan Adib Avivi

Sejarah
Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: syajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.[1]
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa.
Jadi sadalah ejarah  studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.
Orang yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.
Kebudayaan
 Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata"budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan.
Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.[2]
Peradaban    
Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan pengertian peradaban dimana Secara umum, Pengertian Peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju. Sedangkan Pengertian peradaban yang lebih luas adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya maupun iptek), yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif. Istilah "peradaban" dalam bahasa inggris disebut civilization atau dalam bahasa asing lainnya peradaban sering disebutbescahaving (belanda) dan die zivilsation (jerman).
Istilah Peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita pada perkembangan dari kebudayaan dimana pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.[3]
Adad
Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh dalam tulisannya pada tahun 1660). "Adat" berasal dari bahasa Arab عادات, bentuk jamak dari عادَة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan".
Di Indonesia kata "adat" baru digunakan pada sekitar akhir abad 19. Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan budayanya dengan agamaIslam pada sekitar abad 16-an. Kata ini antara lain dapat dibaca pada Undang-undang Negeri Melayu.
Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya. Di Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. 
Adat telah melembaga dalam dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh masyarakat  menjadi cukup penting.
Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan masyarakatnya.
Tradisi
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; Tradis /tra·di·si/ n 1. adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih dijalankan dl masyarakat; 2. penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg telah ada merupakan yg paling baik dan benar: perayaan hari besar agama itu janganlah hanya merupakan -- , haruslah dihayati maknanya;
‘Urf
Kata ‘Urf secara etimologi (bahasa) berasal dari kata ‘arafa, ya‘rufu sering diartikan dengan al-ma‘ruf (اَلْمَعْرُوفُ) dengan arti sesuatu yang dikenal. Pengertian dikenal lebih dekat kepada pengertian diakui oleh orang lain. Sesuatu yang di pandang baik dan diterima oleh akal sehat. Kata ‘urf sering disamakan dengan kata adat, kata adat berasal dari bahasa Arab عَادَةٌ ; akar katanya: ‘ada, ya‘udu (عَادَ-يَعُوْدُ) mengandung arti perulangan. Oleh karena itu sesuatu yang baru dilakukan satu kali belum dinamakan adat. Kata ‘urf pengertiannya tidak melihat dari segi berulang kalinya suatu perbuatan dilakukan, tetapi dari segi bahwa perbuatan tersebut sudah sama-sama dikenal dan diakui oleh orang banyak.
Sedangkan Kata ‘Urf secara terminologi, seperti yang dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidah berarti : Sesuatu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.[4]
Legenda
Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor.
Menurut Buku Sari Kata Bahasa Indonesia, Legenda adalah cerita rakyat zaman dahulu berkaitan dengan peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat. Contohnya: Sangkuriang dan Batu Menangis.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah.

Mitos
Mitos (bahasa Yunani: μῦθος mythos) atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagaicatatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau personifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual. Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu komunitas.
Mitos hampir mirip dengan legenda dan cerita rakyat yang merupakan cerita tradisional dalam jenis yang berbeda. Yang sedikit membedakan adalah Cerita rakyat dapat berlatar kapan pun dan dimana pun, dan tidak harus dianggap nyata atau suci oleh masyarakat yang melestarikannya. Demikian juga dengan legenda yaitu kisah yang secara tradisional dianggap benar-benar terjadi, namun berlatar pada masa-masa yang lebih terkini, saat dunia sudah terbentuk seperti sekarang ini ( Legenda biasanya menceritakan manusia biasa sebagai pelaku utama, sementara mitos kepada tokoh dewa).
Cerita
Dalam KBBI, Cerita/ce·ri·ta/ n 1 tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb): itulah -- nya ketika kami mendaki Gunung Sumbing; 2 karangan yg menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dsb (baik yg sungguh-sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka); 3 lakon yg diwujudkan atau dipertunjukkan dl gambar hidup (sandiwara, wayang, dsb): film ini -- nya kurang bagus; 4 ki omong kosong; dongengan (yg tidak benar); omongan: jangan banyak --;

Sirah Nabawi
Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyatakan arti al-sirah menurut bahasa adalah kebiasaan, jalan, cara, dan tingkah laku Menurut istilah umum, artinya adalah perincian hidup seseorang atau sejarah hidup seseorang.
Seringkali sirah dimaksudkan sebagai "Sirah Nabawiyah", menurut istilah syar'i maksud dari as-sirah an-nabawiyah adalah Ilmu yang kompeten yang mengumpulkan apa yang diterima dari fakta-fakta sejarah kehidupan Nabi Muhammad secara komprehensif dari sifat-sifatnya, etika dan moral.
Perbedaan sirah nabawiyah dan sejara
`           Sirah Nabawiyah dan sejarah memiliki arti yang serupa namun sejarah bersifat lebih umum dan sirah lebih khusus, dilihat dari sumber, perincian dan tujuannya, seperti:
1.     Sirah berasal dari kata saraha berarti perjalanan hidup sedangkan sejarah berasal dari kata syajarah (syajaratun) bermaksud pohon.
2.     Sirah Nabawiyah pembahasannya bertumpu kepada perjalanan dan kisah hidup Nabi Muhammad  secara rinci. Pembahasan juga menekankan sifat pribadi, akhlak serta cara dia menjalani kehidupan sehari yang bisa diteladani. Sedangkan sejarah pembahasannya hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang terjadi pada masa lampau. Lebih difokuskan kepada perkembangan peradaban ataupun perkembangan suatu zaman.
3.     Sirah Nabawiyah bersumber hanya dari ayat Al-Quran, hadits nabi, dan riwayat para sahabat dia. Sedangkan sejarah melalui sumber primer (bukti-bukti dan rujukan yang kukuh), sekunder (penyelidikan), dan lisan (saksi).
4.     Sirah mengkhususkan kepada seseorang individu sedangkan sejarah kepada peristiwa dan pelakunya.
5.     Kedudukan fakta Sirah Nabawiyah tidak bisa berubah karena kejadian telah tercatat di dalam al-Quran, hadits dan riwayat sahabat (tidak ada yang baru). Sedangkan sejarah bisa saja berubah dengan ditemukannya sumber ataupun bukti yang lebih awal (baru) atau jelas dari sumber sebelumnya (lebih tua)[3].
6.     Sirah Nabawiyah bertujuan sebagai pemberi teladan, contoh dan pendukung sejarah Islam.




[2] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta :Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), 113.
[4] Prof.Dr. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul fiqih, Jakarta: kencana, 2005.
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com