HARALD
MOTZKI: OTENTIFIKASI
HADIST DAN SANGGAHAN ATAS SKEPTISISME PARA ORENTALIS HADIS
Oleh :
Hasnan Adip Avivi
I. Pendahuluan
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā yang memberikan
kehidupan dan peluang buat kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
singkat ini tepat pada waktunya, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
selalu kepada nabi sekalian alam yakini Muhammad Ṣalla Allah ‘Alaihy wa
Sallam yang telah mengajarkan Islam untuk keselematan kepada setiap insan.
Baiklah,
Buat para mahasiswa sekalian karena saat ini kita sudah disuguhkan dengan
kajian ilmu kajian orientalis maka kami sedikit mengutarakan sedikit perihal
isi makalah kami ini yang semoga ada manfaatnya buat kita, dan apabila ada
kesalahan baik dalam penulisan atau lainnya terlebih dahulu kami pemakalah
mengucapkan ribuan mohon maaf yang setulusnya.
Ilmu kajian
orientalis yang akan kami bahas yaitu meliputi biografi dari pelaku orientalis
sendiri dan juga pemikiran yang pelaku isyaratkan dalam kajianya, termasuk sangahan-sangahannya,
juga perbedaan pendapat antar sesama pelaku orientalis sendiri dan juga
pembahasan yang lainya.
Mungkin
demikianlah sekedar pendahuluan dari kami semoga kita dapat membahas makalah
ini dengan sukses dan berjalan dengan lancar, lebih dan kurang kami mohon maaf
serta kami berharap adanya kritik dan saran dari Bapak pembimbing dan para
peserta, yang bersifat membangun dan menambah kajian keilmuan kita khusus
dibidang mata kuliah kajian orientalis.
II. Harald
Motzki, Pemikiran Dan Sangahanya
A. Biografi Harald Motzaki
Harald Motzaki dikenal sebagai sosok
sarjana studi Islam yang kritis terhadap materi hadist dan berbagai keilmuan
penyangganya, dan berupaya untuk mengkritisinya dengan objektif. Dan ia adalah
seorang orientalis yang menjadi Guru Besar sekaligus Professor di
Institute of Languages and Cultures of the Middle-East,
Universitas Nijmegen, Belanda. Motzki adalah sosok yang dikenal para pemerhati
orientalisme sebagai sosok yang banyak mengkaji hadits, sejarah yang
berhubungan dengan sirah, Motzki terhadap hadits lebih didominasi penelitiannya
terhadap sisi sejarah hadits itu sendiri.
Adapun beberapa karya beliau adalah:
1. Die Anfange der islamischen
Jurisprudenz. Ihre Entwicklung in Mekka bis zur Mitte des 2./8. Jahrhunderts, Stuttgart
1991.
2. The Musannaf
of Abd. Al-Razzaq Al-San’ani as a Source of Authentic ahadith of
the First Century A.H.,” Journal of Near Eastern Studies.1991
3. The
Prophet and the Cat: on Dating Malik’s Muwatta’ and Legal
Traditions,“ Jurusalem Studies in Arabic and Islam. 1998.
4.Motzki,
ed., Hadith. Origins and the Developments,
Aldershot: Ashgate/Variorum, 2004.
5.
Harald Motzki, “Dating Muslim Traditions . A Survey,” Arabica,
52, 2005.[4]
Dari beberapa karyanya tersebut, The Origins of Islamic
Jurisprudence(Meccan Fiqh before the Classical Schools) yang merupakan terjemahan dari bahasa
Jerman “Die Anfange der islamischen
Jurisprudenz. Ihre Entwicklung in Mekka bis zur Mitte des 2./8.Jahrhunderts” merupakan karyanya yang
paling fenomenal dari kary Harald Motzki.
B. Kajian Orientalis Seputar Hadits
Gugatan orientalis terhadap hadis bermula pada pertengahan abad ke-
19 M. Yaitu pada tatkala hampir
seluruh bagian dunia Islam telah masuk dalam cengkeraman kolonialisme
bangsa-bangsa Eropa. Pertanyaan tentang autentisitas, originalitas, asal
muasal, keakuratan serta kebenaran hadis muncul, dan menjadi isu pokok dalam
studi Islam, khususnya yang menyangkut hukum
Islam.
Syamsuddin Arif
menjelaskan bahwa orang yang pertama kali mempersoalkan
status hadits dalam Islam adalah Alois Sprenger. Hal tersebut didasarkan kepada ungkapan beliau dalam
pendahuluan bukunya yang
berjudul “Die
Sunna’ Das Leben und die Lehre des Mohammad” ia telah mengklaim bahwa hadis
merupakan kumpulan anekdot. Ia juga menyatakan keragu-raguannya terhadap
keakuratan hadis
sebagai sumber sejarah. Klaimnya
terebut juga diikuti oleh rekan satu misinya William Muir,
orientalis asal Inggris yang juga mengkaji biografi Nabi Muhammad saw. dan
sejarah perkembangan Islam.
C. Metode
Penelitian Harald Motzki
Hadis
menurut beliau adalah sebuah teks yang memuat informasi Nabi Muhammad Ṣalla
Allah ‘Alaihy wa Sallam dan Shahabah-shahabahnya, yang memiliki jalur
transmisi (periwayatan) dari mereka. Keaslian teks-teks ini menjadi isu
perdebatan yang utama pada keilmuan Islam sekarang. Terutama setelah adanya
teori Projecting Back oleh Schacht yang menyatakan bahwa isnad
atau mata rantai sanad adalah buatan para ulama abad ke 2 H untuk menguatkan
legitimasi hukum-hukum yang ada pada saat itu dengan menyandarkan pada
tokoh-tokoh sebelumnya hingga pada Nabi Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam.
Harald Motzki
tidak secara eksplisit menyebutkan langkah-langkah penelitian yang sistematis
ketika melakukan penelitian kitab Musannaf Abd ar-Razaq. Meskipun demikian,
dari data yang ada, penyusun mencoba menggambarkan metode, pendekatan, dan
langkah-langkah sistematis yang ditempuh Harald Motzki sebagai berikut:
1.
Meletakkan
dating, yakni
menentukan asal-muasal dan umur terhadap sumber sejarah yang merupakan salah
satu substansi penelitian sejarah. Jika dating yang dilakukan oleh seorang
peneliti terhadap sebuah sumber sejarah terbukti tidak valid, maka
seluruh premis teori dan kesimpulan yang dibangun atas sumber sejarah tersebut
menjadi colleps. Teori inilah yang menjadi epistemologi Motzki dalam
merekonstruksi sejarah awal Islam dalam karyanya The Origins of Islamic
Jurisprudence.
2. Tidak melakukan
penelitian secara keseluruhan hadis-hadis yang terdapat dalam sumber primernya
Musannaf Abd ar-Razaq. Namun, ia Meletakkan
dating yakni mengambil beberapa Hadits yang diangap telah mewakili dari yang
beberapa hadis yang akan diteliti.
3. Setelah
data terkumpul, kemudian Motzki menganalisis sanad dan matan dengan menggunakan
metode isnad cum analisis dengan pendekatan traditional-historical.
4. Terkait dengan materi
periwayatan (matan) hadis, Motzki mengajukan teori external criteria dan formal
criteria of authenticity sebagai alat analisa periwayatan.
5. Penyusunan atau dsebut
sebagai tahap aplikasi. Yakni berangkat
dari metode-metode di atas, Motzki kemudian mengklasifikasikan terhadap riwayat
yang terdapat dalam kitab Musannaf.
Metode cum
analisis sendiri Yaitu menganalisis, menelaah baik jalur-jalur periwayatan
maupun teks hadis. Di antara karakteristik pendekatan isnad
cum matn analysis adalah
kualitas seorang perawi tidak hanya didasarkan pada komentar ulama tentang
perawi tersebut. Komentar ulama tentangnya menjadi sekunder. Sedangkan Kualitas perawi utama
ditentukan terutama oleh matn atau teks dari perawi tersebut.
D. Sangahan-sangahan Harald Mozki
Harald Motzki selaku Dosen Universitas
Nijmegen Belanda ini tidak setuju dengan kesimpulan Schacht mengenai awal
munculnya hadits. Sebab berdasarkan
hasil analisis beliau terhadap sanad
maupun matan hadis beliau menyimpulkan
bahwa hadits-hadits yang terdapat dalam kitab al-Mushannaf karya
Abdurrazzaq as-Shan’ani (w. 211 H/826 M) adalah kecil
sekali kemungkinan adanya keberagaman data periwayatan hadis adalah suatu hasil pemalsuan yang
terencana.Dengan demikian beliau menyatakan bahwa suatu matan hadis dan isnadnya dalam kitab-kitab hadis tersebut layak dipercaya.
Dengan demikian kesimpulan Motzki berbeda dengan orientalis skeptisisme seperti Schacht dan Ignaz Golzher
yang menganggap semua hadits adalah palsu. Karena Motzki telah membantah teori
Schacht yang mengungkapkan bahwa
isnad cenderung membengkak jumlahnya makin ke belakang, dan teorinya bahwa isnad yang
paling lengkap adalah yang paling belakangan munculnya.
Berkenaan dengan sejarah munculnya hukum Islam Motzki juga tidak
sependapat dengan Schacht. Menurut Motzki, Al-Quran
dan hadits sudah dipelajari semenjak abad kedua hijriyah atau bahkan sejak Nabi
Muhammad Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam masih hidup, karena para fuqaha di Hijaz sudah
menggunakan hadis sejak abad pertama hijriyah. Oleh karena itu, Motzki pun sepakat dengan Coulson, yang
mengusulkan agar para orientalis membalik tesis Schacht, dari via negativ
menjadi via positiv. yakni jika
Schacht berkata semua hadits harus dianggap tidak otentik hingga terbukti keotentikannya, maka harus dilbalik menjadi menjadi pernyataan “semua hadits harus dianggap
otentik kecuali jika terbukti ketidak
otentikannya”.
Berbeda dengan
pendapat Schacht dan Juynboll yang menganggap common
link sebagai pemalsu atau pemula bagi sebuah hadis, maka Motzki pun menafsirkan common link
sebagai penghimpun hadis yang sistematis pertama, yang berperan merekam dan meriwayatkannya
dalam kelas-kelas regular, dn dari kelas-kelas itulah system belajar yang
terlembga berkembang.
Hadis-hadis yaga ada pada kitab Musannaf Abd
ar-Razaq mempunyai beberapa Rawi yang menjadi fokus penelitian sanad yang
merupakan sumber utama untuk mengetahui keaslian hadis tersebut bersambung pada
Nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam. Ada tiga
perawi yang merupakan guru-guru paling berpengaruh bagi as-Shan’aniy yang
menjadi fokus penelitian sanad motzki, yaitu Ma’mar, Ibn Juraij dan Sufyan ats
Tsauri.
Dari
hasil penelitian tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dari segi materi hadis, as-Shan’ani
memiliki keunikan tersendiri. Dan hampir tidak mungkin seorang pemalsu dapat
memberikan sumber yang begitu bervariasi. Belum lagi jika penelitian ini
difokuskan pada asal perawi dan karakter teks yang diriwayatkan.
Beliau
melanjutkan, faktor lainnya adalah gaya penyajian al-Shan’aniy yang terkadang
secara jujur mengakui ketidakpastian sebuah riwayat. Suatu hal yang tidak
mungkin ditemui pada orang-orang yang melakukan pemalsuan. Oleh karena itu,
pada Musannaf ini jelas bahwa sebuah hadis itu memang sudah ada sejak abad
pertama hijriah dan bersambung pada Nabi Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam.
serta diriwayatkan oleh para shahabah, hingga otensitasnya terjaga sampai pada
masa kodefikasi.
Adapun
kelebihan dari hasil penelitian beliau adalah beliau mampu menjelaskan secara
logis tentang otensitas hadis yang didasarkan pada data sejarah. Selain itu,
beliau juga menggunakan literatur-literatur hadis yang sering digunakan oleh
umat Islam. Dan kekurangannya adalah kurangnya interprretasi sejarah karena
beliau hanyaterfokus pada otensitas hadis. Selain itu, beliau juga hanya terpaku
pada kajian kitab Musannaf as-Shan’aniy yang tidak bisa digeneralisir pada
kitab-kitab hadis lainnya, karena setiap kitab hadis memiliki ciri khas
tersendiri.
E. Otentisitas Hadis Menurut Perspektif
Harald Motzki
Harald
Motzki termasuk tokoh orientalis yang dipengaruhi dan terinspirasi oleh tesis
Schacht. Hal ini terlihat dalam karyanya yang berjudul The Origin of
Islamic Jurisprudence Meccan Fiqh before Classical Schools. Dalam
karyanya tersebut Motzki berpijak pada tesis yang yang dibangun oleh Schacht,
meskipun pada kesimpulan terakhir Motzki memiliki pandangan yang berbeda dengan
Schacht. skeptis yang ditunjukkan oleh Schacht terhadap keorisinalitasan
hadis yang Berdasarkan dari penelitiannya, ia berpendapat bahwa “ hadis tidak
lebih dari produk ulama abad 2 H ”. Hal ini berpengaruh pada perjalanan
akademik Motzki. Dengan melakukan penelitian terhadap Mushannaf Abdul Razzaq,
Motzki menelusuri beberapa riwayat yang terdapat dalam kitab tersebut. Sehingga
berdasarkan penelitiannya, Motzki menolak klaim Schacht dan ia berpendapat
bahwa “ hukum islam sudah ada sejak abad pertama hijriah bahkan jurispundensi
islam sudah ada sejak zaman nabi ”.
Harald Motzki memfokuskan kajiannya terhadap kitab Mushannaf
Abd al-Razzaq al-Shan’ani (w. 211 H/826 M). Ada dua alasan
mengapa Harald Motzki meneliti kitab Mushannaf Abd al-Razzaq. Pertama, Mushannaf
Abd al-Razzaq merupakan karya mushannaf . Kedua, karya
ini dalam penilaian Harald Motzki struktur periwayatannya lebih homogen
daripada Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah. Dalam
penelitiannya terhadap Mushannaf Abd al-Razaq, Motzki menggunakan
pendekatan historis tradisi dan analisis sumber (sources analysis and
tradition historical approach).
III. KESIMPULAN
Harald Motzaki adalah seorang orientalis
yang menjadi Guru Besar sekaligus Professor di Institute of Languages and
Cultures of the Middle-East, Universitas Nijmegen, Belanda. Motzki adalah
sosok yang dikenal para pemerhati orientalisme sebagai sosok yang banyak
mengkaji hadits
Berdasarkan kajian di
atas, maka penulis menyimpulkan bahwa otentifikasi hadis yang dilakukan Harald Moztki
adalah berangkat dari analisis Dating yang dilakukan Motzki
terhadap kitab Al-Musannaf Karya Abdurrazzaq as-Shan’ani.
Beliau juga menggunakan
metode isnad cum analisis dan pendekatan traditional-historical
menunjukan bukti bahwa materi-materi yang disandarkan Abd ar-Razzaq kepada
keempat informan utamanya adalah otentik. Oleh karea itu maka Moztki menilai bahwa kitab hadis al-Musannaf Karya Abdurrazzaq
as-Shan’ani adalah dokumen
hadis otentik pada abad
pertama Hijriyah, sekaligus sebagai bukti nyata bahwa hukum Islam telah eksis
sejak masa itu. Hasil temuan
Motzki tersebut sekaligus
menggugurkan teori seniornya Juynboll. dan projecting back-nya Schacht
yang menyatakan keberadaan sistem sanad dimulai pada abad ke-2.
kelebihan
dari hasil penelitian beliau adalah beliau mampu menjelaskan secara logis
tentang otensitas hadis yang didasarkan pada data sejarah
Daftar Pustaka
Amin. Kamaruddin, Metode Kritik Hadits,
(PT Mizan Publika, Jakarta selatan, 2009)
Mahmuddah,harald-mozki-otentifikas-hadits-dan-sangahan-atas-skeptisisme-para-orient
alis-hadits.html
nisaelfatira.blogspot.sg/2013/10/harald-motzki.html
Mahmuddah,harald-mozki-otentifikas-hadits-dan-sangahan-atas-skeptisisme-para-orient
alis-hadits.html (diakses pada 02-03-2015)